TITIP SURAT BUAT AS

April 24, 2007 at 3:23 am (TITIP SURAT BUAT AS)

“….. karena sahabat sejati…..

akan selalu ada di hati………

dia selalu ada………

dan tak pernah pergi…………”

 

Hehehe…. rasanya baru kemarin ya…. padahal udah hampir enam taon sejak perkenalan kita yang pertama. Nggak romantis banget, dan nggak ada asiknya sama sekali. Terlalu biasa buat dijadikan kisah ke anak cucu. Kala itu di terminal sambil nunggu angkot, loe tepuk pundak gue, (untung puntung rokok yang loe isap udah dibuang. Kalo nggak habis dah seragam baru gue!) Dengan santai loe bilang ”Kita kan satu kelas?” dan dengan sok akrabnya loe memperkenalkan diri ”Panggil aja gue As’” padahal gue nggak ada nanya dan gak kepingin tahu.

”Ooo…” menurut gue kata itu udah cukup buat memuaskan loe. Sebenarnya gue udah memperhatikan gerak-gerik loe sejak hari pertama masuk, dan saat itu gue udah bisa mengambil kesimpulan loe emang rada kurang waras. Makanya gue kurang apresiatif. Tapi nyatanya… suratan takdir berkata lain. Kita akhirnya jadi sahabat se-taksi dan lambat laun menjadi sahabat se-jati….

 

(Entah kenapa kali ini gue kepingin nulis tentang beberapa serpihan kisah pribadi gue… bisa jadi karena iseng lagi kumat, bisa jadi karena emang gak ada ide lain, bisa jadi juga…. karena saat ini, di detik ini gue sedang rindu-rindunya dengan salah seorang sahabat gue, sahabat yang pernah menjadi salah satu belahan hati gue, sahabat yang saat ini jauh di perantauan. Sahabat yang meski telah jauh, namun jasadnya masih  tetap tersimpan rapi di ruang rindu. Gue gak ada maksud apa-apa dengan tulisan ini. Gue juga bingung apakah cerita ini bisa diambil sebagai ’ibrah atau nggak. Tapi alaaahh.. biarin, gue juga gak maksa loe buat nerusin baca tulisan asal ini.  )

 

Dan gak salah penilaian gue di awal…. loe emang gak waras! Dan itulah ternyata segi kecocokan kita. (dengan kata lain gue emang sama gak warasnya dengan elo).

As, loe ingat gak saat pertama kali kita bolos berdua. Asli, itu pengalaman pertama gue. Nggak banyak yang tahu tentang jalan rahasia itu. Celah pagar itu kecil aja, tapi pas buat tubuh ceking kita. Dan yes, kita berhasil lolos dari penjara yang berkedok sekolah itu, hehehe…. saat itu gue merasa begitu bebas lepas. Bagai burung camar yang lolos dari kandang emasnya. Pengalaman itu jadi inspirasi buat bolos-bolos selanjutnya, tidak hanya kita, tapi sohib-sohib yang lain. Tapi loe ingat gak sama si Herman? Dia kan tubuhnya gempal gitu… jelas aja gak bisa meneladani jejak kita… hihihi..

Loe masih ingat juga kan, kita dulu di sekolah terkenal paling rajin. Bayangin, saat orang lain lagi tekun belajar, kita dengan tekunnya ngebersihin lapangan basket, atau mushalla… Yup, loe dan gue biangnya telat! Kalo gak disetrap, ngebersihin lapangan atau disuruh lari keliling lapangan, itu udah jadi menu biasa. Lumayan, sekalian beramal.

Kita berdua juga kan yang dulu sering bikin masalah dengan guru. Sampai pernah sang guru ngambek gak mau ngajar lagi di kelas kita? Hmmm… inspirasinya sih dari gue, tapi pelaksana lapangannya kan elo waktu itu?!

Hahaha.. kita pokoknya emang pasangan serasi! Dan konon kita juga termasuk orang terkaya di sekolah. Gimana nggak? Tiap hari kita ganti-ganti mobil, udah gitu pakai supir segala lagi. Tapi toh kita gak sombong waktu itu…

Yang gue paling berkesan juga saat dulu waktu kita di depan studio musik nunggu giliran. Saat loe asyik ngerokok, dan gue bilang ”gue gak suka ngelihat loe ngerokok” dan loe langsung aja ngebuang rokok yang baru beberapa kali loe isap. Wuih, loe emang sahabat gue sejati…

Dan kemudian perjalanan takdir membawa kita pada suatu masa dimana kita merasa bahwa ada sesuatu pada bilik kehidupan kita yang hampa……….

Loe ingat kan saat kita berdua diculik, dibawa di suatu tempat terpencil, dimana dari situ satu terobosan cahaya perlahan merubah hidup kita….

Cahaya itu…. Perjuangan Islam! Dan kita pun mendadak menjadi pion-pionnya. Kita, si manusia-manusia tengil ternyata bisa terbakar juga oleh apinya.

Loe masih ingat kan saat kita mengajak satu persatu kawan kita untuk menghadiri pengajian-pengajian keislaman. Biar bandel-bandel kita juga mesti berdakwah, memperjuangkan Islam. Loe habiskan uang receh loe tiap minggunya untuk menelepon mereka satu per satu guna mengingatkan untuk berhadir di pengajian. Kita bikin forum pengajian rutin dengan memaksa sohib-sohib kita untuk datang. Memaksa!! Kita gak peduli, kaya miskin, cakep jelek, bandel atau pendiam, pokoknya semua yang muslim wajib ikut pengajian. Nggak jarang ada yang protes karena merasa dirinya diteror. Hehehe.. biarin, diajak ke kebaikan kok protes.

Yoi, dan kita dengan tak tahu malunya mengundang beragam penceramah dan pulangnya cuma kita bisiki di telinga beliau ”Maaf Pak, kami nggak bisa ngasih apa-apa, cuma lain kali datang lagi ya…”

Loe masih inget juga kan… saat loe sering motokopi berbagai artikel keislaman dengan uang loe sendiri kemudian membagikannya dengan gratis ke temen-temen sekelas… Gue iri As, padahal hitung-hitungan, loe lebih kere dari gue.

”Ini dakwah dan kita mesti rela berkorban untuknya” begitu yang terpatri dalam diri loe.

Dan… As, betul kata loe, dakwah itu emang mesti berkorban….

Loe juga yang dulu hampir berantem dengan kakak-kakak senior demi mempertahankan prinsip. Loe ingat kan pembangkangan kita terhadap acara pemeloncoan yang kita pikir acara yang sia-sia dan tak ada gunanya? Loe saat itu di sisi gue saat gue berteriak mengemukakan keberatan gue. Loe teriak paling kenceng mendukung pendapat gue… gak peduli sorotan sinis semua orang di situ, gak peduli tatapan tajam dari sang guru…

Atau di saat kita memboikot sebuah acara maksiat besar-besaran yang mentradisi di sekolah dan akhirnya menyetop tradisi itu untuk selamanya. Saat gue di black list dan dijadikan most wanted oleh kakak-kakak senior yang jadi panitia…………. loe ada di samping gue…

Atau di saat berikutnya, disaat kita bersikeras dengan ketidaksetujuan kita terhadap pagelaran busana di sekolah yang mengumbar aurat…… loe ada mendampingi gue…

Loe emang partner sejati As, bahkan saat gue bilang ke elo… gue tetep akan ada di jalan dakwah ini biarpun sendirian, tanpa ada yang lain… loe saat itu menepuk pundak gue, meyakinkan gue untuk meralat habis kata-kata tadi… bahwa sebenarnya gue gak sendirian… ada loe di samping gue..

As, ingat gak saat kita mengendap-endap naik ke tembok kelas meraih patung burung garuda yang lumayan gede bergantungan, kita menurunkannya kemudian mematahnya menjadi beberapa bagian. Yeah. Kita memang menentang Pancasila yang selama ini sudah hampir didewakan bahkan lebih diagungkan dibandingkan AlQur’an. Dengan puas kita keluar kelas sambil membagi dua kepingan-kepingannya. As, kepingan-kepingan itu sampai saat ini masih gue simpan. Gue harap “cendera mata” itu juga masih loe simpan baik-baik. Hahaha… gak pernah ada yang menduga kitalah pelakunya, kita sangat rapi tanpa meninggalkan alibi di tempat kejadian perkara. Hanya tiba-tiba penghuni kelas itu keesokan harinya kebingungan karena kehilangan patung garudanya. Hmmm.. kita memang pasangan pemberontak paling keren saat itu.

Atau di saat kita menjadi pelopor untuk tidak hormat bendera, bahkan mengajak banyak kawan-kawan untuk melakukan hal serupa. Bendera simbol nasionalisme, nasionalisme yang diagungkan lebih daripada ikatan aqidah. Inilah yang merusak umat! (Hahaha…. Loe yang baca mungkin banyak yang protes dengan tindakan kami, oke.. karena ini murni cerita maka kalian gak diperbolehkan protes dulu, nantilah kita diskusi tentang masalah di atas. Yang jelas gue gak sembarangan, gue punya alasan untuk tindakan gue) Gue sekali lagi, menjadi black list. Kali ini bukan oleh senior, tapi oleh para guru! Dan sekali lagi sebagai sahabat sejati loe membuktikan, loe tidak beranjak, tetap di samping gue!

Bahkan di saat kawan-kawan yang lain mulai menghindar, loe tetap ada di sini. Karena persahabatan kita melebihi ikatan darah. Persaudaraan kita disatukan oleh Aqidah, azzam dan cita-cita yang sama.

As, loe tau apa saat-saat terindah yang paling gue ingat? Saat itu, As. Saat hujan mengguyur tubuh kita, di saat banjir menggenang di pekarangan sekolah. Namun kita berdua berhujan ria keliling dari satu kelas ke kelas lain meloncati genangan air, membagikan selebaran-selebaran dakwah yang kita perbanyak dengan uang urunan kita. Gue ingat saat itu pertanyaan retoris dari loe ”Buat apa sih kita cape-cape ngelakuin ini?” dan gue cuma mengulum senyum. Saat itu gue tidak menjawab karena gue tahu loe sendiri udah tahu jawabannya. Karena kita mencari keuntungan yang lebih besar dari seisi dunia!!

Ah, terlalu banyak! Terlalu indah! Seindah apa yang pernah kita alami…. Walau ternyata kita tak bisa menolak perjalanan masa. Ada masa pertemuan ada masa perpisahan. Saat itu gue bener-bener takut kehilangan loe……..

 

As, terakhir ketika gue temui di saat senggang loe.. cahaya wajah loe gak seperti dulu. ”Loe telah berubah, As!!” desis gue. Loe hanya tersenyum hambar.

”Gue capek, kayaknya gue mesti berhenti” ucap loe. Gue cuma gigit jari. Lama kita terdiam. Hingga keheningan gue pecahkan “As, dalam perjalanan ada saatnya memang kita berhenti sejenak untuk melihat peta, memastikan apakah perjalanan kita udah di arah yang benar. Tapi gak boleh brenti lama-lama… loe tahu kenapa…. karena perjalanan kita terlampau panjang… As…”

dan loe hanya diam terpaku.

Yep, perjalanan terlampau panjang, dan perjalanan panjang nan sunyi ini semakin sepi tanpa loe.

Gue rindu elo, As.

Kini tanpa loe di sisi gue, gue nggak setegar dulu. Gue gak lagi segarang dulu…

Ah, seandainya suatu waktu nanti gue dihukum pancung oleh tentara kafir dan diberi permintaan terakhir. Maka permintaan terakhir gue adalah: gue ingin loe juga ada di situ sama-sama gue (walaupun loe pasti ngamuk, enak aja ngajak mati sama-sama) Karena gue pingin kita sama-sama mengisi ketegaran di dada masing-masing.

As, Gue pingin elo kembali……….

 

(seandainya kalian sempet ketemu As, tolong sampaikan surat ini kepadanya)       

5 Komentar

  1. chox said,

    sedang merasa seperti As.
    Thanx for d story

  2. saveusgelap said,

    Eh, jangan-jangan ente As yang gue cari-cari……!

  3. Joe said,

    ……..tentang hidup ku…….

    kesendirian bukan lah hal yang ku ingin kan….
    ada hari yang sulit ku lalui…….
    di dalam kesendirian ku aku merasa kesepian……
    pertemuan begitu indah perpisahan menyisakan kesedihan……
    itu lah hidup ku yang nyata……….

  4. eci said,

    komentar ana,subhannallah ana terharu baca cerita ttg persahabatan ini, ana doakan antum suatu hari nanti dapat bertemu dgn sahabatmu itu, dan yakinlah jika memang Allah menghendaki, antum akan dipertemukan tidak didunia mungkin di syurga-Nya kelak

  5. Muhyi said,

    subhanallah…………. hiks… hiks….

Tinggalkan Balasan ke eci Batalkan balasan